ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (BAB 2)

Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Nama: Oksi Wijaya Kusuma Efendi

NIM: 222010200195

Dosen Pengampu: Tofan Tri Nugroho, S.E., M.M.

Prodi: Manajemen

Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo


Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Etika dan tanggung jawab sosial adalah fondasi penting dalam dunia bisnis. Artikel ini akan mengulas secara mendalam konsep-konsep tersebut, membantu Anda memahami bagaimana etika dan tanggung jawab sosial diterapkan dalam berbagai aspek bisnis.

1. Mengembangkan Kode Etik Pribadi dan Pentingnya Etika di Tempat Kerja

Bagaimana Individu Mengembangkan Kode Etik Pribadi

  • Pengaruh Keluarga: Keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk nilai-nilai moral dan etika individu. Orang tua, saudara, dan kerabat lainnya memberikan contoh dan pembelajaran tentang apa yang dianggap benar dan salah.

  • Pengalaman Hidup: Berbagai pengalaman dalam kehidupan, termasuk pendidikan, interaksi dengan teman, dan pengalaman kerja, memperluas perspektif individu tentang etika. Situasi yang dihadapi sehari-hari memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih matang tentang prinsip etis.

  • Budaya dan Norma Sosial: Konteks budaya dan norma sosial turut menentukan standar perilaku yang diterima dan diharapkan dalam masyarakat. Ini mencakup adat istiadat, tradisi, dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tertentu.


Gambar diatas berikan menunjukkan sebuah diagram yang menggambarkan elemen-elemen inti dari sebuah organisasi dan bagaimana elemen-elemen tersebut berubah atau tetap konstan seiring waktu. Diagram ini terdiri dari tiga lapisan yang berbeda:

1. Lapisan Paling Dalam (Biru): "Prinsip Inti dan Nilai Organisasi"

  • Tidak Berubah: Ini menunjukkan bahwa prinsip inti dan nilai-nilai organisasi adalah elemen yang paling fundamental dan stabil dalam sebuah organisasi. Mereka membentuk dasar dari identitas dan budaya organisasi dan tidak berubah meskipun ada perubahan dalam lingkungan eksternal atau strategi.
2. Lapisan Tengah (Oranye): "Tujuan Organisasi"

  • Berubah Jarang: Tujuan organisasi mungkin mengalami perubahan, tetapi perubahan ini tidak sering terjadi. Tujuan organisasi dapat disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam visi atau misi organisasi, tetapi tetap berakar pada prinsip inti dan nilai-nilai yang stabil.

3. Lapisan Terluar (Hijau): "Strategi dan Praktik"

  • Berubah Sering: Strategi dan praktik organisasi adalah elemen yang paling fleksibel dan sering berubah. Strategi dan praktik dapat disesuaikan dengan cepat untuk merespons perubahan dalam pasar, teknologi, atau lingkungan eksternal lainnya.

4. Manfaat, Tujuan, dan Kegunaan:

Manfaat: Diagram ini membantu dalam memahami struktur dan dinamika internal sebuah organisasi. Dengan mengetahui elemen mana yang stabil dan mana yang fleksibel, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Manfaat tambahan termasuk:

  • Konsistensi: Memastikan bahwa meskipun ada perubahan dalam strategi atau praktik, identitas dan nilai-nilai inti tetap konsisten.

  • Adaptabilitas: Membantu organisasi menjadi lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan tanpa kehilangan arah dan prinsip dasar.

Tujuan: Tujuan dari diagram ini adalah untuk memberikan panduan tentang bagaimana mengelola perubahan dalam organisasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun strategi dan praktik dapat berubah sering, prinsip inti dan nilai-nilai harus tetap stabil untuk menjaga identitas dan budaya organisasi. Ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa perubahan dilakukan dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai dan tujuan jangka panjang organisasi.

Kegunaan: Diagram ini berguna bagi para pemimpin organisasi, manajer, dan karyawan untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara stabilitas dan fleksibilitas. Ini juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk menjelaskan kepada semua anggota organisasi tentang bagaimana perubahan akan dikelola dan apa yang tetap konstan. Kegunaan tambahan termasuk:

  • Perencanaan Strategis: Membantu dalam perencanaan strategis dengan menekankan aspek-aspek yang perlu dijaga stabil dan aspek-aspek yang dapat disesuaikan.

  • Pengembangan Kebijakan: Mendukung pengembangan kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai inti sementara tetap fleksibel dalam strategi dan praktik.

Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis

Etika di Tempat Kerja

  • Etika Tempat Kerja: Etika adalah keyakinan tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk, berdasarkan nilai individu dan norma sosial. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan keyakinan individu dan norma sosial tentang apa yang benar dan baik.

  • Etika Pribadi: Dibentuk oleh nilai-nilai individu, norma sosial, serta pengalaman hidup sejak kecil. Standar etika individu dapat berbeda-beda tergantung pada budaya dan konteks sosial.

  • Etika Bisnis: Perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh karyawan dan manajer dalam pekerjaan mereka. Mengacu pada kebijakan formal seperti kode etik, pelatihan etika, dan budaya perusahaan.

  • Etika Manajerial: Standar perilaku yang mendorong manajer dalam pengambilan keputusan dan hubungan kerja. 

Kategori utama:

1. Perilaku terhadap organisasi (konflik kepentingan, kerahasiaan, kejujuran).

2.Perilaku terhadap karyawan (perekrutan, upah, privasi, penghormatan).

3.Perilaku terhadap agen ekonomi lain (pelanggan, pemasok, investor).

Pengambilan Keputusan Etis

Gambar diatas adalah "Model Pengambilan Keputusan Etis" yang terdiri dari beberapa langkah untuk membantu dalam membuat keputusan yang etis. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai gambar tersebut:

Gambar ini menunjukkan proses pengambilan keputusan etis yang terdiri dari beberapa langkah utama:

1. Langkah 1: Kumpulkan Informasi yang Relevan (Informasi Faktual)

Pada langkah ini, penting untuk mengumpulkan semua fakta yang relevan terkait situasi yang dihadapi. Informasi ini akan menjadi dasar untuk analisis lebih lanjut.

2. Langkah 2: Analisis Faktanya yang Sesuai dengan Norma Moral yang Berlaku (Nilai Etis)

Setelah mengumpulkan fakta, langkah berikutnya adalah menganalisis fakta tersebut berdasarkan norma moral yang berlaku. Analisis ini mencakup beberapa pertanyaan kunci:

Kegunaan: Apakah tindakan tertentu mengoptimalkan manfaat bagi mereka yang terpengaruh?

Hak: Apakah menghormati hak semua individu yang terlibat?

Keadilan: Apakah ini konsisten dengan apa yang adil?

Moralitas: Apakah ini konsisten dengan integritas moral?

3. Langkah 3: Buatlah Keputusan yang Etis (Keputusan)

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada langkah sebelumnya, keputusan dibuat. Proses ini melibatkan evaluasi apakah tindakan yang diambil memenuhi kriteria etis atau tidak.

Manfaat, Tujuan, dan Kegunaan: 

Manfaat: Model ini membantu individu atau organisasi dalam membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis dengan mempertimbangkan berbagai aspek moral dan nilai. Dengan model ini, keputusan yang diambil akan lebih bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

Tujuan: Tujuan utama dari model ini adalah untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan fakta tetapi juga mempertimbangkan norma moral yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih etis dan adil dalam berbagai aspek kehidupan dan pekerjaan.

Kegunaan: Model ini berguna dalam berbagai konteks, termasuk bisnis, pemerintahan, dan situasi pribadi, di mana keputusan yang etis sangat penting untuk menjaga integritas dan kepercayaan. Penggunaan model ini membantu dalam menghindari konflik kepentingan dan memastikan bahwa keputusan yang diambil akan memberikan manfaat maksimal tanpa merugikan pihak lain.

Langkah-langkah:

  1. Kumpulkan fakta yang relevan.

  2. Analisis berdasarkan nilai moral.

  3. Buat keputusan berdasarkan kriteria kegunaan, hak, keadilan, dan perawatan.

2. Tanggung Jawab Sosial

Definisi, Tanggung jawab sosial adalah upaya bisnis untuk menyeimbangkan komitmen terhadap berbagai pihak di lingkungan mereka, termasuk pelanggan, karyawan, investor, pemasok, dan masyarakat sekitar.

Gambar diatas menunjukkan hubungan antara organisasi bisnis dengan berbagai pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam operasionalnya. Secara keseluruhan, diagram ini memberikan wawasan yang jelas tentang pentingnya memahami dan mengelola hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan dalam operasional bisnis. Dengan pendekatan yang komprehensif ini, organisasi dapat menciptakan nilai tambah dan mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.

Gambar ini menggambarkan lima kelompok pemangku kepentingan utama: Karyawan, Investor, Pemasok, Pelanggan, dan Masyarakat Sekitar.

Penjelasan Kelompok Pemangku Kepentingan

  1. Karyawan: Karyawan adalah individu yang bekerja untuk organisasi bisnis dan berkontribusi pada operasional sehari-hari. Mereka menerima gaji dan manfaat lainnya sebagai imbalan atas pekerjaan mereka. Karyawan sangat penting karena mereka menjalankan tugas-tugas yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan bisnis.

  2. Investor: Investor adalah individu atau entitas yang menyediakan modal untuk organisasi bisnis dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Mereka berperan penting dalam menyediakan dana yang diperlukan untuk ekspansi dan pengembangan bisnis.

  3. Pemasok: Pemasok adalah pihak yang menyediakan bahan baku, produk, atau layanan yang diperlukan oleh organisasi bisnis untuk memproduksi barang atau jasa. Hubungan yang baik dengan pemasok memastikan kelancaran rantai pasokan dan kualitas produk yang dihasilkan.

  4. Pelanggan: Pelanggan adalah individu atau organisasi yang membeli produk atau layanan dari bisnis. Kepuasan pelanggan sangat penting karena mereka adalah sumber utama pendapatan bagi bisnis. Pelanggan yang puas cenderung menjadi pelanggan setia dan merekomendasikan bisnis kepada orang lain.

  5. Masyarakat Sekitar: Masyarakat sekitar adalah komunitas yang berada di sekitar lokasi operasional bisnis. Bisnis yang bertanggung jawab sosial akan berusaha untuk memberikan dampak positif pada masyarakat sekitar, seperti menciptakan lapangan kerja, berkontribusi pada pembangunan infrastruktur, dan menjaga lingkungan.

Manfaat, Tujuan, dan Kegunaan

Manfaat:

  • Keberlanjutan Bisnis: Memahami dan mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan membantu memastikan kelangsungan bisnis. Hubungan yang baik dengan karyawan, investor, pemasok, pelanggan, dan masyarakat sekitar menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.

  • Reputasi Positif: Hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan meningkatkan reputasi bisnis di mata publik, yang pada gilirannya dapat menarik lebih banyak pelanggan dan investor.

Tujuan: 

1. Kolaborasi Efektif: Membangun dan memelihara hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan untuk menciptakan kolaborasi yang efektif dan efisien. Ini membantu dalam mencapai tujuan bisnis dengan lebih baik.

2. Pengambilan Keputusan yang Inklusif: Mengikutsertakan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa berbagai perspektif dan kebutuhan diperhitungkan.

Kegunaan:

1. Perencanaan Strategis: Gambar ini berguna untuk membantu manajer dalam merencanakan strategi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan memahami pentingnya setiap pemangku kepentingan, manajer dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi.

2. Komunikasi Internal dan Eksternal: Diagram ini dapat digunakan sebagai alat edukasi untuk manajer dan pemangku kepentingan lainnya dalam memahami hubungan dan peran masing-masing pihak dalam mencapai keberhasilan bisnis.

3. Peningkatan Kepuasan Pemangku Kepentingan: Dengan fokus pada kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan, organisasi dapat meningkatkan kepuasan mereka, yang berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang bisnis.

Bidang Utama Tanggung Jawab Sosial

  • Lingkungan: Mengurangi polusi udara, air, dan tanah. Mengadopsi praktik ramah lingkungan, seperti daur ulang dan efisiensi energi.

  • Pelanggan: Menyediakan produk yang aman, adil, dan berkualitas tinggi. Menghormati hak konsumen seperti informasi dan pilihan.

  • Karyawan: Menciptakan tempat kerja yang aman, adil, dan mendukung keseimbangan kerja-kehidupan. Melindungi hak pekerja, termasuk nondiskriminasi dan keselamatan kerja.

  • Investor: Transparansi dalam pelaporan keuangan. Menghindari manipulasi keuangan seperti insider trading.

  • Komunitas: Berkontribusi pada program lokal dan meminimalkan dampak negatif pada masyarakat.

Kesadaran Sosial Kontemporer

Kesadaran akan isu-isu lingkungan, praktik bisnis yang berkelanjutan, dan keseimbangan antara keuntungan bisnis dan kesejahteraan sosial terus berkembang.

Model Pemangku Kepentingan

Fokus pada kelompok utama: pelanggan, karyawan, investor, pemasok, dan masyarakat sekitar. Contoh praktik yang baik adalah kolaborasi dengan komunitas lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Contoh:

  • Perusahaan seperti Patagonia: Dikenal karena komitmen mereka terhadap transparansi dan praktik bisnis etis, seperti memastikan pemasok mematuhi standar hak asasi manusia.

  • Starbucks: Mempraktikkan tanggung jawab sosial dengan mendukung petani kopi melalui program perdagangan yang adil.

  • Tesla: Memimpin dalam teknologi energi bersih dengan memproduksi kendaraan listrik dan berinvestasi dalam energi terbarukan.

  • Ben & Jerry’s: Menggunakan bahan-bahan organik dan mendukung komunitas lokal melalui berbagai inisiatif sosial, seperti program pembangunan komunitas dan kampanye lingkungan.

  • Pemerintah Norwegia: Memberikan subsidi besar untuk kendaraan listrik, mendorong konsumen dan bisnis untuk beralih ke teknologi ramah lingkungan.

  • Unilever: Menerbitkan laporan tahunan keberlanjutan yang menunjukkan upaya mereka dalam mengurangi limbah dan emisi karbon.

Pentingnya Etika di Tempat Kerja

  • Kepercayaan: Perilaku etis membangun kepercayaan antara karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan. Kepercayaan ini adalah fondasi dari hubungan bisnis yang kuat dan berkelanjutan.

  • Reputasi: Etika yang baik meningkatkan citra perusahaan di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan dengan reputasi etis yang kuat lebih cenderung mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari konsumen.

  • Kinerja Jangka Panjang: Keputusan yang etis sering kali mendukung keberlanjutan bisnis. Etika yang baik mendorong praktik bisnis yang bertanggung jawab, yang pada gilirannya berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang perusahaan.

Contoh: Perusahaan seperti Patagonia terkenal karena komitmen mereka terhadap transparansi dan praktik bisnis etis, seperti memastikan pemasok mematuhi standar hak asasi manusia.

2. Tanggung Jawab Sosial vs. Etika dan Pemangku Kepentingan Organisasi

Perbedaan Utama

  • Etika: Fokus pada perilaku benar atau salah individu. Etika berkaitan dengan prinsip moral yang menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.

  • Tanggung Jawab Sosial: Komitmen perusahaan terhadap dampak sosial dan lingkungan dari operasinya. Ini mencakup upaya untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Pemangku Kepentingan Organisasi

  • Pelanggan: Mengharapkan produk berkualitas dan layanan yang baik. Kepuasan pelanggan adalah kunci dari keberhasilan bisnis.

  • Karyawan: Menginginkan perlakuan adil, kondisi kerja yang baik, dan kesempatan untuk berkembang. Kesejahteraan karyawan berdampak langsung pada produktivitas dan loyalitas mereka.

  • Investor: Meminta transparansi dan pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab. Investor membutuhkan kepastian bahwa dana mereka diinvestasikan dengan bijak dan aman.

  • Komunitas Lokal: Berharap perusahaan berkontribusi pada kesejahteraan sosial dan pembangunan komunitas. Keterlibatan aktif dalam komunitas meningkatkan hubungan baik dan reputasi perusahaan.

Contoh: Starbucks mempraktikkan tanggung jawab sosial dengan mendukung petani kopi melalui program perdagangan yang adil, memastikan para petani mendapatkan harga yang wajar untuk hasil panen mereka.

3. Penerapan Tanggung Jawab Sosial

Masalah Lingkungan

  • Polusi: Bisnis harus mengurangi emisi karbon dan polusi lainnya yang berdampak negatif pada lingkungan. Langkah-langkah ini penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat.

  • Daur Ulang: Mendorong penggunaan bahan ramah lingkungan dan praktik daur ulang untuk mengurangi limbah. Ini termasuk menggunakan bahan baku yang dapat didaur ulang dan mendesain produk dengan siklus hidup yang lebih panjang.

Hubungan Perusahaan

  • Dengan Pelanggan: Memberikan produk aman dan informasi yang jujur serta transparan. Kepercayaan pelanggan dibangun melalui komunikasi yang jujur dan produk yang berkualitas.

  • Dengan Karyawan: Menyediakan pelatihan, menghormati hak mereka, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Kesejahteraan karyawan adalah faktor penting dalam produktivitas dan loyalitas mereka.

  • Dengan Investor: Mengelola dana dengan transparansi dan kejujuran. Investor harus memiliki kepercayaan bahwa perusahaan mengelola sumber daya dengan bijak dan bertanggung jawab.

Contoh: Tesla memimpin dalam teknologi energi bersih dengan memproduksi kendaraan listrik dan berinvestasi dalam energi terbarukan, seperti solar power, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

4. Pendekatan terhadap Tanggung Jawab Sosial

Empat Pendekatan Utama

  • Pendekatan Obstruktif: Mengabaikan tanggung jawab sosial dan berusaha menghindari akuntabilitas. Perusahaan dengan pendekatan ini cenderung tidak peduli terhadap dampak sosial atau lingkungan dari operasinya.

  • Pendekatan Defensif: Memenuhi kewajiban hukum tetapi tidak melampaui persyaratan tersebut. Perusahaan hanya melakukan minimum yang diwajibkan oleh hukum tanpa inisiatif tambahan.

  • Pendekatan Akomodatif: Mengadopsi praktik yang bertanggung jawab saat diminta, seperti menanggapi tekanan dari pemangku kepentingan atau publik. Perusahaan bersedia berubah ketika ada dorongan atau permintaan untuk bertindak lebih etis.

  • Pendekatan Proaktif: Secara aktif mencari cara untuk memberikan dampak positif dan mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial. Perusahaan dengan pendekatan ini berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat dan lingkungan tanpa menunggu dorongan eksternal.

Peran dalam Bisnis Kecil

  • Bisnis kecil sering mendukung komunitas lokal melalui kemitraan, donasi, dan inisiatif sosial lainnya. Keterlibatan ini membantu memperkuat hubungan dengan komunitas dan meningkatkan reputasi bisnis.

Contoh: Ben & Jerry’s menggunakan bahan-bahan organik dan mendukung komunitas lokal melalui berbagai inisiatif sosial, seperti program pembangunan komunitas dan kampanye lingkungan.

5. Peran Pemerintah dalam Tanggung Jawab Sosial

Cara Pemerintah Memengaruhi Bisnis

  • Regulasi: Memberlakukan undang-undang perlindungan lingkungan dan standar kerja. Regulasi ini memastikan bahwa perusahaan bertindak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan.

  • Insentif Pajak: Mendukung perusahaan yang ramah lingkungan dengan memberikan insentif pajak. Insentif ini mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik bisnis yang lebih berkelanjutan.

  • Kampanye Edukasi: Meningkatkan kesadaran publik tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan melalui kampanye edukasi. Pemerintah dapat bekerja sama dengan perusahaan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya tanggung jawab sosial.

Contoh: Pemerintah Norwegia memberikan subsidi besar untuk kendaraan listrik, mendorong konsumen dan bisnis untuk beralih ke teknologi ramah lingkungan.

6. Mengelola dan Mengevaluasi Tanggung Jawab Sosial

Dimensi Formal dan Informal

  • Formal: Kode etik tertulis dan pelatihan etika yang jelas dan terstruktur. Ini mencakup prosedur dan kebijakan yang harus diikuti oleh semua anggota perusahaan.

  • Informal: Budaya perusahaan yang mendorong perilaku etis dan tanggung jawab sosial. Budaya ini tercipta melalui contoh dari pimpinan dan praktik sehari-hari yang menekankan nilai-nilai etis.

Evaluasi Tanggung Jawab Sosial

  • Laporan Keberlanjutan: Mengukur dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis dan membuat laporan untuk pemangku kepentingan. Laporan ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan transparansi.

  • Umpan Balik Pemangku Kepentingan: Memahami persepsi publik dan pemangku kepentingan lainnya terhadap perusahaan. Umpan balik ini penting untuk terus memperbaiki praktik tanggung jawab sosial.

Contoh: Unilever menerbitkan laporan tahunan keberlanjutan yang menunjukkan upaya mereka dalam mengurangi limbah dan emisi karbon, serta program-program sosial lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pertemuan 15

KONSEP DAN PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL